Selasa, 31 Januari 2012

catatanku di penghujung bulan Januari

Pagi ini hujan rintik-rintik, langkah kaki kecilku tak menyurutkan menuju sebuah Rutan di salah satu sudut kota tercinta. Sebuah pelayanan rutin setiap selasa terakhir di setiap bulannya. Bersama para penghuni rutan mengadakan peraayaan ekaristi.

Hujanpun nampak reda, sesampainya di sebuah tempat dengan bangunan tinggi menjulang dan kokoh. Terlihat baru beberapa orang yang datang, dan menunggu di serambi dekat pintu masuk rutan. Terlihat sebuah pemandangan rutin sebuah gerobak soto, yang menjajakan daganganya bagi para petugas LP ataupun para pengunjung yang ingin sekedar mengisi perut. Beberapa petugas LP pun asyik menikmati soto ayam dengan sate sebagai lauknya.

Di tempat yang tak terlalu luas, tempat yang dikhususkan untuk tempat menunggu pengunjung, mata ku terpaku pada sebuah mobil polisi yang baru datang. Tak berapa lama setelah mobil polisi terpakir, keluarlah dari dalam rutan seorang pemuda dengan tangan terborgol, bersama Provost, dan dua orang mungkin keluarga,pengacara atau petugas rutan. Seorang pemuda dengan tangan terborgol yang hendak mengikuti proses persidangan. Melihat tangan yang terborgol dan tak bisa bergerak dengan leluasa, akupun merenung, kedua tanganku saat itu asyik memainkan hp, kedua tanganku bebas bergerak. Sudahkan aku mengucap syukur atas kebebasan kedua tanganku itu?

Waktupun telah menunjukan pukul 09.15, petugas dari Depagpun sudah menyuruh kami masuk ke dalam rutan. Setelah menitipkan tas,hp, jaket ke dalam loker yang tlah disediakan. Kamipun diberi kalung tanda pengenal. Tercatat sebanyak 15 orang ikut ambil bagian dalam pelayanan ini. Sudah hampir 6 bulan tak mengunjungi tempat ini. Tiba diruangan tempat kami mengadakan misa, sudah menunggu para penghuni rutan yang mulai duduk melingkar.

Terlihat para penghuni rutan yang diisi mulai dari orang yang usianya muda hingga orang tua. Terlihat pula dua orang pemudi dan dua orang ibu-ibu dan salah satunya sudah usia lanjut. Dalam hati bertanya, salah apakah ibu tua ini? Di usianya yang lanjut harus berada di tempat ini.

Perayaan misapun dimulai, kali ini yang memimpin Rm.V.Suparman,Pr romo dari gereja St.FX. Kidul loji. Sabda Tuhan tentang orang yang menjamah jubah Yesus. Dalam homilinya romo mengatakan bahwa jangan takut, percayalah. Ada sebuah rencana Tuhan dibalik sebuah peristiwa yang kita alami. Walaupun tak ada orang yang mencintai kita, namun yakinlah Yesus senantiasa selalu mencintai kita. Bukti cintaNya, Dia masih memberikan kesempatan kepada kita untuk bertobat.

Air mataku menetes ketika doa umat, dikala salah satu penghuni rutan seorang bapak dengan terbata-bata disertai tangis mengucapkan doa permohonan. Doa mohon kekuatan dan penghiburan bagi yang tinggal di tempat ini. Sambil bergandengan tangan kamipun menyanyikan doa yang diajarkan Yesus sendiri. Saling bergandengan tangan yang mengingatkan bahwa aku, kamu, kita semua adalah saudara. Kesedihanmu adalah kesedihanku pula, bebanmu, beban kita juga.

Ketika salam damai, saat memberikan salam satu sama lain. Seorang pemuda dengan tetes air mata dan rasa penyesalan sujud di depan romo. Lalu dengan tumpang tangan romo mendoakan dia. Akupun jadi teringat akan bacaan yang barusan di dengar. Seorang yang menjamah jubah Yesus, dan sembuhlah dia.

Yesuslah yang telah menanggung sakit penyakit kita. Yesuslah yang tlah menanggung kelemahan kita. Yang kita percaya hanyalah percaya. Percayalah dan jangan takut. Sungguh pengalaman yang begitu berharga yang aku terima dan peroleh di penghujung bulan ini. Pengalaman yang sungguh menguatkan aku.

Tidak ada komentar:

Total Tayangan Halaman

Persembahan Hati