Jumat, 02 September 2011

Kau tinggalkan 99 ekor hanya untuk mencariku

sheep following Jesus Pictures, Images and Photos
Aku itu domba yang bandel. Tidak suka diatur sana sini. Tiap kali digembalakan aku sering jalan pelan-pelan, biasalah agar bisa memisahkan diri dari rombongan. Maklumlah si gembala tak tahu, bahwa ada salah satu domba yang tercecer karena jumlah dombanya sebanyak seratus ekor. Biasanya sang pengembala mengembalakan 100 ekor domba dipandang rumput yang hijau dan luas. Biasanya juga aku hanya sebentar saja hilang dari rombongan. Hilang tuk melihat daerah baru yang kelihatan mengasyikan. Hilang sebentar karena ada yang memanggil-manggilku. Hilang dari rombongan karena mencoba mencicipi makanan lain. Hilang karena terbujuk tawaran dari binatang lain. Semuanya itu hanya sesaat dan sebentar, biasanya aku langsung buru-buru lari menyusul rombongan ku. Dalam hatiku aku juga takut terpisah jauh dari sang gembala.
Jesus Pictures, Images and Photos

Tetapi tidak untuk hari itu, hidungku tergoda oleh bau harum suatu masakan. Pagi itu tanpa kusadari aku memisahkan diri dari rombongan besar domba. Aku berjalan mencari ke mana bau itu berasal. Semakin jauh...jauh dan jauh. Dalam pikiranku, ah seperti biasa pasti rombongan juga masih terlihat dari jauh, tar tinggal aku lari kencang pasti mereka tersusul. Benar juga aku menuruti pikiran salahku itu. Aku terus berjalan dan memisahkan jauh dari rombongan.

Begitu lama aku berjalan mencari bau harum makanan. Tetapi sayang tak seonggok makanan yang didapat. Hanya sebuah bibir jurang yang ada di depanku. Rumput-rumput liar, semak dan duri-duri panjang menutupi jalanku. Aku tak dapat mengenali jalanku lagi. Kabut sore telah turun dan semakin menghalangi pandanganku. Aku tersesat dan ingin kembali ke rombonganku.

Sore itu aku menangis, aku menyesal kenapa tak menuruti apa yang dikatakan si pengembala. Aku berpikir bahwa kebiasaanku yang sering meninggalkan rombongan membuat aku sekarang benar-benar terlepas jauh dari rombongan. Teriakanku mungkin tak didengar karena aku begitu jauh terpisah. Gelapnya malam membuat aku takut akan hewan malam yang akan menyantapku hidup-hidup. Luka-luka tubuhku akibat duri dari semak-semak sudah tak kehitung lagi. Aku tersesat dan tak bisa bergerak kemana-mana.

Di tengah keputus asaanku, kulihat seberkas cahaya menyilaukan mataku. Suaranya memanggil-manggilku. Dan aku mengenal suara itu. Aku pun dengan suka cita membalas panggilannya. Suara penggembala yang begitu khas terdengar, yang mencoba menuntunku pulang. Aku sempat berpikir mungkin aku akan mati di tempat ini, namun ternyata sang penggembala mampu menemukanku. Dilewatinya semak belukar dan duri-duri tajam untuk mengangkatku. Kini aku merasa bahagia karena telah selamat, terhindar dari kematian. Dan yang pasti masih dapat berkumpul dengan rombongan domba lain beserta sang gembala.

Tak ada wajah marah, tatapan mata sang penggembalapun tak menyiratkan sebersit luka amarah. Yang terlihat hanya mata kasihnya, yang memberanikan aku mendekatinya. Air matakupun mengalir, kulihat badannya penuh luka-luka akibat berjalan menyusuri semak dan duri. Pakaiannya kotor dan lusuh karena debu bercampur kotoran gara-gara mencari aku. Tak ada kata-kata amarah hanya pelukan hangat yang terasa.

Kini aku digendong dipundaknya. Sambil berjalan pulang aku bertanya, "terima kasih telah menyelamatkanku, entah apa jadinya jika aku tak kamu ketemukan." Jawabnya, "nah untuk itulah aku susah payah datang ke sini untuk menyelamatkan dan menemukan mu." Lalu aku bertanya lagi, "hey penggembala yang baik, lalu kamu kemanakan domba yang berjumlah 99 ekor, tidakah kamu merasa takut akan nasib mereka waktu kamu tinggal?" Sang penggembala menjawab, "tidakah kamu tahu, kutinggalkan yang 99 ekor domba itu hanya untuk mencari kamu, mereka tentu aman disana,karena semua tercukupi." Air mataku kembali menetes, hanya demi aku ia rela meninggalkan yang 99 ekor. Baru aku sadar bahwa aku sangat berharga dan berarti dimatanya. Lalu aku bertanya, "kenapa kamu bisa menemukanku, padahal aku telah berpisah jauh dari rombongan?" Kata gembala itu, "ketahuilah aku mengenal domba-dombaku, dan domba-dombaku mengenal aku.

Aku mengetahui kebiasanmu sejak kecil yang sering meninggalkan rombongan. Maka itu aku sengaja memasang kalung lonceng di kaki kamu. Agar ketika kamu jalan bersama rombongan aku mengetahui kamu masih bersama kami dari suara lonceng itu. Ketika suara loceng tak terdengar aku mengetahui kamu telah memisahkan diri dari rombongan. Begitu lama aku mengetahui kebiasaanmu itu, namun kamu tak menyadari akan perhatianku yang selama ini tercurah. Hingga akhirnya pengalaman pahit baru membuatmu sadar, akan besarnya cintaku padamu." Dan kembali air mataku menetes.
-siGal-

Tidak ada komentar:

Total Tayangan Halaman

Persembahan Hati