Rabu, 24 Agustus 2011

Menjadi sampah atau serok?

tempat sampah
Dalam setiap rumah pasti ada serok/tempat untuk mengumpulkan sampah. Biasanya serok selalu ditempatkan di dekat sapu. Begitupula ketika hendak menyapu halaman atau dalam rumah selalu serok tak pernah ketinggalan dibawa. Bayangkan saja, ketika kita asyik menyapu mengumpulkan kotoran demi kotoran, lalu dijadikan satu untuk dibuang tetapi tidak ada serok yang tersedia. Begitu repot bukan? Kita harus mengambil kertas untuk membantu membuangnya, atau justru memunguti satu persatu dengan tangan kita. Sungguh sangat merepotkan.

Serok yang terbuat dari bahan yang bermacam-macam, ada yang terbuat dari plastik, bekas tempat biskuit dan ada juga dari anyaman bambu. Walaupun terbuat dari bahan yang berbeda-beda tetapi mempunyai tujuan yang sama, yaitu membantu meringankan tugas manusia untuk mengumpulkan sampah atau kotoran untuk dibuang ke tempat sampah. Sebuah serok yang tak pernah memilih-milih kotoran. Baik sampah kering atau basah mereka tak pernah berontak.

Belajar dari serok, apakah diri kita itu seperti serok yang menjadikan diri tempat curahan hati keluarga, sahabat atau teman-teman kita tanpa pernah mengeluh? Tanpa pernah pilih-pilih siapa yang mau datang dan mendekat pada kita? Dengan setia dan tekun mendengarkan keluh kesah kesedihan, mendengarkan cerita-cerita bahagia. Menampung derai air mata ataupun gelak tawa kebahagiaan. Sebagai tempat menampung curahan hati bagi para sahabatnya. Tetapi semua yang telah disampaikannya tidak dibuang ke tempat sampah tetapi dibuang untuk masuk ke dalam hatinya.
Sudahkah diri kita menjadi serok yang mampu mengusap air mata kesedihan, membuang kegalauan, dan membantu menyakinkan para sahabat?
Atau justru selama ini kita banyak berperan seperti "sampah" malah menjadi beban, batu sandungan dan sering membuat onar bagi orang-orang di sekitar kita?
-siGal-

Tidak ada komentar:

Total Tayangan Halaman

Persembahan Hati