Jumat, 12 Agustus 2011

Bintangpun ikut menangis #1

Aku bintang yang bertaburan di langit. Aku bersama jutaan bintang di langit selalu memandang ke bumi. Dari atas, kulihat apa yang terjadi di bumi. Ya, entah siang atau malam mataku tak pernah lelah dan jemu memandang apa yang dilakukan oleh manusia.

Kali ini aku menangis, pandangan mataku terarah ke negara Somalia. Negara yang sedang dilanda bencana kekeringan dan kelaparan. Sebanyak 69.000 balita mati akibat kelaparan, dan ratusan ribu orang meninggal dunia. Entah jumlah yang mungkin akan terus bertambah.

Awal bulan ini, aku tak kuasa menahan air mataku. Melihat seorang ibu dengan ke empat anaknya yang berjalan mencari tempat pengungsian. Ia berjalan berpuluh-puluh kilo meter, hanya untuk mencari bantuan makanan. Dengan perut kosong belum terisi, dan kerongkongan yang rindu akan air yang mengalir mencoba terus berjalan berkilo-kilo.

Mungkin hari itu tak akan mudah dilupakan oleh ibu tadi. Ya, perjuangan seorang ibu untuk mencari makan bagi ke empat anaknya. Namun karena lapar yang begitu berat, serta kerasnya medan dan cuaca yang dilalui di negara Somalia. Satu persatu anaknya meninggal dunia dalam perjalanan.
Dalam kurun waktu sehari dan hitungan jam ketiga anaknya meninggal dunia. Betapa berat perjuangan seorang ibu tadi, dan bagaimana sakitnya perasaan si ibu, melihat anaknya satu persatu meninggal dipangkuannya.

Kini ibu tadi sudah sampai di tempat pengungsian bersama satu anaknya yang masih hidup. Ibu tadi terus memeluk satu-satunya anak yang masih tersisa. Mencoba terus bertahan bersama anaknya, untuk dapat melalui bencana kelaparan dan kekeringan ini dengan selamat.

Dari atas aku mencoba membayangkan jika aku menjadi ibu tadi. Apakah aku akan kuat? Bagaimana perasaanku jika melihat satu persatu anakku meninggal dunia? Sungguh tak berdayanya aku tak dapat berbuat banyak untuk anak-anaku. Perasaan-perasaan bersalah tentu terus menghantui ku. Dan belum tentu aku dapat kuat meneruskan perjalanan seperti ibu tadi. Dengan perut kosong, tak ada air, berjalan dan terus berjalan. Rasanya tak ada pilihan, diam dan tinggal di tempat menunggu bantuan rasanya seperti menunggu waktu mati saja atau berjalan jauh menuju tempat pengungsian dengan konsekuensi mati di jalan atau bisa selamat sampai tempat pengungsian.

Aku pun hanya diam dan terus berpendar di langit. Mencoba untuk memberikan pengharapan bagi negeri yang sedang mengalami bencana kekeringan dan kelaparan. Mungkin keberadaanku di langit bisa mengatakan aku masih ada dan terus bersama kalian.

Jika hari ini kita masih sering menyakit perasaan ibu kita, orang tua kita, ingatlah akan kisah ibu Somalia tadi. Perjuangan ibu-ibu kita yang membesarkan hingga sampai saat ini, sampai kita dewasa. Tentu merupakan sebuah perjuangan yang berat dan tak mungkin terbalaskan. Jika karena hal yang kecil kita sering berselisih paham, lekaslah kita segera minta maaf. Jangan biarkan air matanya menetes jatuh ke bumi.
Jika hari ini kita bisa makan dengan lauk seadanya, patutlah kita bersyukur. Jangan sekali-kali mengeluh. Ingat akan saudara-saudara kita yang saat ini sedang mengalami bencana kekeringan dan kelaparan.
-siGal-

Tidak ada komentar:

Total Tayangan Halaman

Persembahan Hati