Rabu, 03 Agustus 2011

Belajar dari gentheng

Semua orang tau genteng. Genteng merupakan bagian terpenting dari sebuah rumah. Adanya genteng membuat orang yang berdiam di rumah menjadi terhindar dari panas terik matahari. Terhindar dari derasnya air hujan. Terlindungi dari dinginnya malam. Jika dipikir genteng rumah usianya terkadang lebih lama dari usia manusia. Genteng yang rusak biasanya terjatuh karena angin ribut, terkena senggolan binatang seperti kucing dan burung dara, retak karena tak kuat menahan panas dan dinginnya cuaca.

Sekuat-kuatnya genteng rumah selalu ada masanya. Karena genteng terbuat dari bahan yang sama, berupa tanah liat. Tanah liat yang diolah dengan tangan-tangan terampil manusia. Dijempur dibawah terik mentari, lalu dibakar dengan panasnya api. Sebuah proses yang panjang dan tak mudah untuk menjadi sebuah genteng yang kuat. Dari tanah liat menjadi sebuah genteng yang bisa digunakan untuk atap rumah kita.

Menjadi genteng yang tidak tau sampai kapan bisa bertahan di atas. Sampai berapa lama bisa berguna bagi manusia? Kapan rusaknya? Kapan terjatuh tersapu angin? Kapan retak karena panas dan hujan yang silih berganti? Bahkan terganti oleh asbes dan seng? Tak ada yang tahu.

Hidup kita ibarat sebuah genteng. Dari lingkungan keluarga, masyarakat dan pendidikan kita dididik, diajarkan, ditempa dan diolah. Pengalaman yang silih berganti datang membuat kita menjadi tambah dewasa. Proses yang tak sebentar, dan terkadang menyakitkan. Ada tawa bahagia, tangis yang mengiringi kesedihan, kegagalan dan kehilangan. Tetapi jika kita tetap tekun dan setia terhadap proses yang ada, tentu akan menjadi pribadi yang kuat dan dapat berguna bagi sesama.

Ada kalanya belum lama menjadi sebuah genteng, tiba-tiba "terjatuh" dan "retak" semuanya tidak ada yang tahu.
-siGal-

Tidak ada komentar:

Total Tayangan Halaman

Persembahan Hati