Jumat, 20 Mei 2011

Tupai yang rakus

Tupai yang rakus
Di sebuah ladang milik seorang petani yang sangat baik hati, hiduplah segerombolan tupai. Tupai-tupai yang hidup seringkali memakan buah-buah yang telah masak dan hendak dipanen oleh sang petani. Akibatnya sang petani sangat rugi, karena banyak buah tidak dapat dijual karena telah rusak dimakan oleh tupai. Kejadian itu berulang kali terjadi. Hingga akhirnya sang petani tadi bicara dengan sang tupai, hey tupai-tupai kamu boleh saja tinggal di daerah perkebunanku, tapi janganlah memakan buah-buah yang telah masak dan siap aku petik dan kujual. Aku telah rugi, akibat kalian telah memakan dan merusak sebagian buah-buahku. Ada dua pilihan, kamu pergi dari kebunku karena aku akan menyewa penembak jitu untuk memburu kamu, atau aku akan memberi kamu tiap hari makanan tapi kalian jangan sekali-kali mengambil hasil dari kebunku. Lalu para tupai berunding dan memutuskan untuk tetap tinggal di kebun dengan tidak mengambil hasil dari kebun petani. Hari selanjutnya sang petani menepati janjinya dengan memberi makan tupai-tupai itu. Tupai-tupai yang datang dipanggilnya dan diberi jatah 6 buah kenari untuk satu tupai. Para tupaipun antri mendapat giliran pembagian buah kenari. Hingga akhirnya antrian yang terakhir, kebetulan tupai yang terkenal paling rakus yang dapat jatah terakhir. Ya giliranmu ini kamu dapat 6 buah kenari, kata sang petani. Lha kenapa cuma dapat enam, aku kan badanku gemuk bolehkah aku minta 1 lagi? Kata si tupai. Teman-teman kamu yang lainnya semuanya sama mendapat 6 kenari, kenapa kamu tetap ngotot ingin menambah 1 lagi. Pokoknya tidak boleh. Ketika sang petani lagi beres-beres mengumpulkan kenari yang masih sisa, dengan cekatan dan lompatan yang gesit tupai yang rakus tadi mengambil satu kenari lagi dari tangan petani. Lalu lari kabur menjaui dari sang petani tadi.
Adik-adik cerita singkat tupai yang rakus tadi menggambarkan kehidupan kita. Tupai-tupai tadi telah diberi 6 buah kenari dengan cuma-cuma oleh petani. Begitupula dengan kita, kita juga telah diberi enam hari cuma-cuma oleh Tuhan untuk kita gunakan sesuai dengan aktivitas rutin kita seperti berangkat sekolah, belajar bermain, membantu orang tua. Seringkali enam hari yang telah diberikan itu kurang cukup untuk digunakan untuk bermain, nonton televisi. Sehingga jika hari minggu ketika kita diajak oleh orang tua kita untuk pergi ke gereja dan berangkat sekolah minggu seringkali kita beralasan "Ayah, ibu aku masih ingin nonton tv, aku masih ingin bermain ps, ini kan hari libur jadi aku masih ingin bermalas-malasan. Begitupula jika hari minggu ada yang mengajak berangkat sekolah minggu, seringkali kita lebih memilih acara televisi dan jalan-jalan daripada ikut sekolah minggu. Jika kita seperti itu, maka tanpa sadar adik-adik akan seperti tupai yang rakus tadi. Masih mau meminta 1 kenari lagi dari petani. Kita masih mau merampas 1 hari lagi hari minggu yang seharusnya hari buat Tuhan. Tiap minggu kita sediakan waktu berangkat ke gereja untuk mengucap syukur atas berkat yang telah diterima dan apa yang telah terjadi baik suka dan duka 6 hari yang lalu dan memohon kekuatan untuk menjalani hari-hari berikutnya. Dan jangan lupa menyediakan waktu untuk bertemu dengan teman-teman dalam acara sekolah minggu. Jangan sampai hari minggu yang seharusnya hari buat Tuhan juga kita rampas untuk kegiatan bermain saja. Ingat ya adik-adik, jangan sampai kita menjadi sama seperti tupai yang rakus.
-siGal-

Tidak ada komentar:

Total Tayangan Halaman

Persembahan Hati